top of page
Gambar penulisKusen Dony

TERMINOLOGI DASAR: SEQUENCE

Mendefinisikan SEQUENCE bukanlah perkara mudah. Antara tiga peristilahan dasar yaitu shot, scene dan sequence, bisa jadi terminologi yang terakhir yang cukup sulit menemukan kesepakatannya. Menurut William H. Phillips kata sequence sering didefinisikan secara berbeda oleh pembuat film, kritikus dan cendekiawan film.[1]



Beberapa teoritisi mendefinisikannya terlalu sederhana sehingga seringkali sedikit sulit untuk dipahami ketika dihadapkan pada sebuah scene yang berdurasi panjang. Seperti yang diungkapkan oleh Richard Barsam dan Dave Monahan, di mana menurut mereka sequence adalah urutan dari serangkaian shot yang diedit dan ditandai oleh kesatuan yang melekat antara tema dan tujuannya.[2] Bisa juga dilihat definisi yang dipaparkan oleh Ralph Singelton. Menurutnya sequence adalah serangkaian shot dengan kesinambungan lokasi, aksi, waktu atau cerita dan biasanya memiliki bagian awal, tengah dan akhir. [3]



Menurut Frank Eugene Beaver, sequence adalah suatu unit film yang terdiri dari sejumlah scene dan saling berkaitan serta secara bersamaan membentuk segmentasi yang integral dari cerita film. Contohnya adalah adegan terkait opera dalam film Citizen Kane (1941) karya Orson Welles. Sequence tersebut terbentuk dari adegan–degan latihan, pertunjukan, dan review beberapa adegan.[4] Sedangkan David Bordwel, Kristin Thompson dan Jeff Smith mengartikan sequence sebagai istilah yang biasa digunakan untuk segmen film yang cukup besar dan melibatkan satu rangkaian aksi lengkap.[5]



Christopher J. Bowen memaknai sequence sebagai sejumlah shot yang digabungkan bersama untuk menggambarkan aksi atau peristiwa tertentu. Terkadang disamakan dengan scene, tetapi mungkin lebih menyerupai scene yang durasinya lebih panjang dan memiliki beberapa hal-hal yang menjadi kunci di dalamnya.[6]



William H. Phillips menambahkan bahwa secara garis besar perbandingan beberapa sequence yang ada di dalam film akan memiliki sub tema dan pandangan yang berbeda. Pembuat film harus dapat melihat bahwa sequence sebagai sekelompok scene yang terkait dengan aspek naratif. Walaupun hal-hal yang menyatukan scene-scene tersebut tidak disepakati secara universal.[7]



Menurut Annette Kuhn dan Guy Westwell, sequence merupakan serangkaian shot dan scene yang terkait dalam sebuah film. Analoginya adalah bab dalam sebuah buku. Sequence juga merupakan fase aksi yang signifikan atau sesuatu yang berjalan di dalam plot. Penonton menyadari (secara intuitif) bahwa sequence baru telah dimulai ketika suatu film memperlihatkan pergeseran waktu, ruang, atau aksi. Transisi antara sequence film kadang-kadang ditandai oleh perangkat teknik sinematik seperti fade, dissolve, wipe, cut to black dan lain sebagainya.[8]



Dalam The Film Encyclopedia, Ephraim Katz dan Ronald Dean Nolen mendefinisikan sequence sebagai sejumlah adegan yang dihubungkan bersama oleh waktu, setting, atau kesinambungan cerita untuk membentuk satu episode yang menyatu dalam sebuah film. Hal ini sering disamakan dengan bab dalam sebuah buku, sehingga scene menjadi setara dengan sebuah paragraf dan shot setara dengan sebuah kalimat. Secara tradisional, urutan dimulai dengan fade-in dan diakhiri dengan fade-out atau perangkat transisi optik lainnya. Walaupun dalam sebuah film tidak selalu seperti itu atau tidak selalu menggunakan transisi optik.[9] Sebagai penjelasannya, yang dimaksud dengan episode oleh Ephraim Katz dan Ronald Dean Nolen adalah bagian peristiwa yang seakan-akan berdiri sendiri.



Bagian terakhir adalah definisi dari Susan Hayward yang menyatakan bahwa sequence biasanya terdiri dari beberapa scene dan berkaitan dengan unit-unit logis yang sama dari makna yang akan disampaikan. Dengan alasan ini, panjang durasi sequence adalah setara dengan kesinambungan visual dan/atau naratif dari sebuah episode dalam film. Oleh karena itu, sequence dapat disamakan dengan bab dalam novel. Hal ini berguna ketika seseorang menonton film, sehingga bisa merasakan struktur formal film tertentu serta hubungan antar peristiwanya. Oleh karena itu, film (secara naluriah) dikonstruksi di sekitar rumus pengulangan, konflik dan variasi. Rata-rata sebuah film mainstream atau Hollywood memiliki 23-24 sequence. Siedangkan film-film Eropa cenderung ke arah angka yang lebih rendah, yaitu 11-18 sequence.[10]



[1] Williams H. Phillips, Film: An Introduction, Edisi Keempat (New York: Bedford/St. Martin's. 2009). hal. 120. [2] Richard Barsam dan Dave Monahan, Looking at Movies: An Introduction to Film, Edisi Ketiga (New York: W.W. Norton & Co. 2010), hal. 557. [3] Ralph Singleton, Filmmaker’s Dictionary (Los Angeles : Lone Eagle Publishing Co. 1990), hal. 150. [4] Frank Eugene Beaver, Dictionary of Film Terms: The Aesthetic Companion to Film Analysis (New York: Twayne’s Publisher. 1994). hal. 305. [5] David Bordwell, Kristin Thompson dan Jeff Smith, Film Art : an Introduction, Edisi Kesebelas (Chicago: MacGraw-Hill. 2017). hal. G-5. [6] Christopher Bowen, Grammar of the Edit, Edisi Keempat (New York: Routledge. 2017). hal. 348. [7] Williams H. Phillips, Op.Cit. [8] Annette Kuhn dan Guy Westwell, A Dictionary of Film Studies (Oxford University Press. 2012). hal 591. [9] Ephraim Katz dan Ronald Dean Nolen, The Film Encyclopedia 7th Edition: The Complete Guide to Film and the Film Industry, Edisi Ketujuh (New York: Collins Reference. 2012). hal. 1321. [10] Susan Hayward, Cinema Studies: The Key Concepts, Edisi Ketua (London: Routledge. 2000) hal. 324.

95 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Commentaires


bottom of page